Untuk memahami kedekatan hubungan
antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973) mengonseptuakisasikan
Teori Penetrasi Sosial (Social Penetrasi
Theory-SPT). Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area
mengenal ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka
menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka
identifikasikan sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial (Social Penetration) merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan
dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke
komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman disini lebih
dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk
intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan
aktivitas bersama (West & Turner, 2006). Proses penetrasi sosial,
karenanya, mencakup didalamnya perilaku verbal (kata-kata yang digunakan),
perilaku nonverbal (postur tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum, dan
sebagainya), dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara
komunikator, objek fisik yang ada didalam lingkungan dan sebagainya).
Asumsi Teori
Penetrasi Sosial
Sebagian alasan dari daya tarik
teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubugan.
Meskipun secara sekilas telah disebutkan beberapa asumsi sebelumnya, akan
dibahas asumsi-asumsi yang mengarahkan SPT berikut ini :
·
Hubungan-hubungan
mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim
·
Secara umum,
perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi
·
Perkembangan hubungan
mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi
·
Pembukaan diri adalah
inti dari perkembangan hubungan
Pertama, hubungan komunikasi antara
orang dimulai pada tahapan superfisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju
tahapan yang lebih intim. Asumsi kedua dari Teori Penetrasi Sosial berhubungan
dengan prediktabilitas. Secara khusus, para teoritikus penetrasi sosial
berpendapat bahwa hubungan hubungan berkembang secara sistematis dan dapat
diprediksi. Hubungan–seperti proses komunikasi–bersifat dinamis dan terus
berubah, tetapi bahkan sebuah hubungan saling dinamis mengikuti standar da pola
perkembangan yang dapat diterima.
Asumsi
ketiga dari teori penetrasi sosial ini berhubungan dengan pemikiran bahwa
perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Sejauh ini kita telah
membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi, hubungan dapat menjadi
berantakan, atau menarik diri (depenetrate),
dan kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. Berbicara
mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman dan Taylor menyatakan kemiripan
proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi
memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman,
komunikasi dapat menggerakan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman.
Jika sebuah komunikasi penuh dengan konflik, contohnya, dan konflik ini terus
berlanjut menjadi destruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan itu mungkin
akan mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh. Para teoritikus penetrasi
sosial berpikir bahwa penarikan diri sering kali sistematis.
Jika
sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti bahwa hubungan itu
akan secara otomatis hilang atau berakhir. Seringkali, suatu hubungan akan
mengalami transgresi (transgression) atau pelanggaran aturan,
pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan. Tara Emmers-Sommer (2003)
menyatakan bahwa sebagai transgresi hubungan dapat membantu dalam kegagalan
suatu hubungan. Pola berulang yang tidah diinginkan dari konflik yang terjadi
pada suatu pasangan. Kita melihat bahwa konflik yang terus berulang memberikan
ciri sejumlah tipe hubungan yang berbeda dan bahwa pasangan seara umum belahar
untuk hidup dengan konflik-konflik ini. Anda mungkin yakin bahwa koflik atau
transgresi hubungan akan menyebabkan disolusi, tetapi penarikan diri tidak srta
merta berarti bahwa suatu hubungan sudah hancur.
Asumsi
terakhir menyatakan bahwa pembukaan diri adalah inti dari perkebangan hubungan.
Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses
pmbukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan.
Biasanya, informasi yang ada didalam pembukaan diri adalah informasi
signifikan. Menurut Altman dan Taylor (1973), hubungan yang tidak intim
bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Pembukaan diri
membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan
“membuat diri terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik”.
Pembukaan diri dapat bersifat strategis dan non strategis. Maksudnya, dalam
beberapa hubungan, kita cenderung untuk merencanakan apa yang akan kita katakan
kepada orang lain.
“Mengupas”
Lapisan Hubungan: Analogi Bawang
Altman dan Taylor menyakini bahwa
seorang individu dapat dibandingkan dengan sebuah bawang, dengan
lapisan-lapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang mewakili berbagai
aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan terluar adalah citra publik (publik image) seseorang, atau yang
dapat dilihat orang lain secara langsung. Misalnya, citra publik Jason adalah
seorang pria Afro-Amerika pada usia pertengahan 40 tahunan yang mulai mengalami
kebotakan dan Elise juga seorang Afro-Amerika tetapi jauh lebih tinggi daripada
jason dan berambut pendek. Lapisan citra publik dikelupas ketika jason membuka
kepada pasangan kencannya mengenai rasa frustasinya menjadi orang tua tunggal.
Elise mungkin membuka bahwa dia juga mengalami kecemasan orang tua tunggal.
Resiprositas (reciprocity) ini, atau proses dimana keterbukaan orang lain akan
mengarahkan orang lain untuk terbuka, adalah komponen utama dalam Teori
Penetrasi Sosial. Altman dan Taylor yakin bahwa keintiman tidak dapat diperoleh
tanpa adanya resiprositas. Penetrasi dapat dilihat dengan menggunakan dua
dimensi: keluasan dan kedalaman. Keluasan
merujuk kepada berbagai topik yang didiskusikan
dalam suatu hubngan; waktu
keluasan (breadth time) berhubungan
dengan jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasangan dalam berkomunikasi satu sama
lainnya mengenai berbagai macam topik tersebut. Kedalaman (depth) merujuk
pada tingkat keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu topik. Pada taap
awal, hubungan dapat dikatakan mempunyai keluasan yang sempit dan kedalaman
yang dangkal. Begitu hubungan bergerak menuju keintiman, kita dapat
mengharapkan lebih luasnya topik yang dapat didiskusikan (lebih banyak
keluasan), dengan beberapa topik yang mulai lebih mendalam.
Beberapa
kesimpulan penting untuk diperhatikan mengenai keluasan dan kedalaman pembukaan
diri. Pertaman, pergeseran atau perubahan dalam pusat lapisan (pada bawang)
mempunyai lebih banyak pengaruh daripada yang di bagian luar lapisan. Karena
citra publik seorang individu, atau kulit terluar, mewakili segala sesuatu yang
dapat dilihat orang lain, atau superfisial, kita dapat menebak bahwa apabila
terdapat perubahan pada kulit terluar, konsekuensinya akan minimal. Kedua,
makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi seseorang untuk merasa
rentan.
Pertukaran
Sosial: Biaya dan Keuntungan dalam Berhubungan
Teori Penetrasi Sosial didasarkan
pada beberapa prinsip Teori Pertukaran Sosial (Thibaut & Kelley: 1959),
teori ini menyatakan bahwa pertukaran sosial melibatkan batuan-bantuan yang
menciptakan kewajiban di masa datang dan oleh karenanya membawa sebuah pengaruh
mendasar dalam sebuah hubungan sosial. Altman dan Taylor mendasarkan beberapa
dari karya mereka pada proses-proses pertukaran sosial: yaitu, pertukaran
sumber daya antara individu-individu dalam sebuah hubungan.
Taylor dan Altman (1987)
berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan
dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong
kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan, sedangkan pengorbanan
adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorog munculnya
perasaan negatif. Secara sederhana, jika sebuah hubungan menyediakan lebih
banyak penghargaan daripada pengorbanan, maka individu cenderung bertahan dalam
hubungan mereka. Sebaliknya, jika seseorang individu percaya bahwa terdapat
lebih banyak pengorbanan ketika menjalani sebuah hubungan, maka disolusi
hubungan aka sangat mungkin terjadi. Penghargaaa dan pengorbanan dihubungkan
secara konsisten dengan timbal balik kepuasan dalam kebutuhan personal dan
sosial.
Untuk memahami hal dengan baik,
pertimbangkan dua kesimpulan berikut yang diamati oelt Taylor dan Altman: (1)
penghargaan dan pengorbanan memiliki pengaruh yang besar pada awal sebuah
hubungan daripada setelah hubungan berjalan lama; dan (2) hubungan dengen
sumber pengalaman penghargaan/pengorbanan yang positif lebih mampu untuk
mengatasi konflik secara efetif.
Kesimpulan pertama menyatakanbahwa
terdapat pengalaman interpersonal yang relatif sedikit dalam tahap awal,
menyebabkan individu utuk lebih berfokus kepada sebuah penghargaan atau
pengorbanan. Kedua, beberapa hubungan lebih baik dalam mengatur koflik daripada
hubungan lainnya. Ketika pasangan berhubungan, mereka mungkin mengalami
sejumlah ketidaksepakatan. Selama bertahun-tahun, pasangan menjadi terbiasa
untuk mengelola koflik dengan berbagai cara, menciptakan suatu budaya hubungan
yang unik yang memungkinkan mereka untuk mengatur konflik dimasa datang.
Secara keseluruhan, hubungan sering
kali tergantung pada kedua pihak dalam menilai penghargaan dan pengorbanan.
Jika pasangan merasa bahwa terdapat lebih banyak penghargaan daripada
pengorbanan, kemungkinannya adalah hubungannya akan bertahan. Jika dianggap
lebih banyak pengorbanan daripada penghargaan, hubungan mungkin akan melemah.
Akan tetapi, ingatlah masing-masing dari pasangan tidak akan melihat sebuah
masalah secara sama; sebuah pengorbanan bagi individu mungkin dilihat sebagai
seuah penghargaan oleh individu lainnya.
Pandangan pertukaran sosial
bergantung masing-masing pihak dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan
hingga dimana individu-individu memandang hubungan sebagai sesuatu yang negatif
(pengorbanan) atau positif (penghargaan). Menurut pemikiran pertukaran sosial,
selama hubungan berjalan, pasangan secara menilai kemungkinan-kemungkinan
didalam hubungan dan juga alternati-alternatif yang dipersepsikan atau nyata
dalam sebuah hubungan. Evaluasi ini penting selama komunikator memutuskan
apakah proses penetrasi sosial masih diinginkan. Pada bagian selanjutnya, akan
diidentifikasi tahap pada proses penetrasi sosial.
Tahapan Proses
Penetrasi Sosial
Lihat hubungan antara Cathy dan
Barbra, mahasiswa tahun pertama di Universitas Upton, yang secara acak
ditempatkan sebagai teman sekamar di Blackstone Hall, sebuah asrama di kampus
yang seluruh penghuninya wanita. Keduanya berasal dari daerah negara bagian
yang berbeda, Cathy dari kota dan Barbra dibesarkan di daerah pertanian. Mereka
memiliki keluarga yang berbeda diamna Cathy adalah anak tunggal dan teman
sekamarnya memiliki empat saudara. Mereka hanya bertemu satu sama lain satu
kali (pada saat orientasi mahasiswa baru) dan sekarang sedang akan sarapan pagi
bersama untuk pertama kalinya.
Orientasi:
Membuka Sedikit demi sedikit
Tahap paling awal dari interaksi,
disebut sebagai tahap orientasi (orientation
stage), terjadi pada tingkat publik; hanya sedikit mengenai diri kita yang
terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pernyataan-pernyataan yang dibuat
biasanya hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari
seorang individu. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap
baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial.
Selain itu, individu-individu tersenyum manis dan bertindak sopan pada tahapan
orientasi.
Taylor
dan Altman (1987) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengevaluasi atau
mengkritik selama tahap orientasi. Perilaku ini akan dipersepsikan sebagai
ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan merusak interaksi selanjutnya.
Jika evaluasi terjadi, teoritikus percaya bahwa kondisi itu akan diekspresikan
dengan sangat halus. Selain itu, kedua individu secara aktif menghindari setiap
konflik sehingga mereka mempunyai kesempatan berikutnya untuk menilai diri
mereka masing-masing.
Tahap orientasi dapat dipahami
dengan mengamati percakapan antara Cathy dan Barbra selama mereka sarapan:
CATHY
: Saya harus mengakui bahwa saya selama ini bertanya-tanya seperti apa teman
sekamar saya. Sungguh merupakan hal aneh, kita dipilih oleh komputer dan kita
harus hidup bersama selama setahun.
BARBRA
: Saya setuju. (keheningan yang membuat canggung)
CATHY
: Tetapi, hei, sangat menyenangkan karena kita berdua suka lacrosse, dan mungkin kita berdua bisa menjadi satu tim. Saya rasa
kampus ini... ((Barbra memotong)
BARBRA
: Saya senang belajar didekat... Maaf. Silahkan kamu teruskan.
CATHY
: Tidak, kamu duluan.
BARBRA
: Saya tadi ingin mengatakan bahwa saya berharap kita memiliki kesempatan pergi
keluar kampus dan pergi kedanau. Sayan sangat senagn belajar didekat air. Saya
dulu senang berenang di danau dekat rumah saya. Saya tidak punya waktu di musim
panas terakhir ini karena saya terlalu banyak bekerja.
CATHY
: Percaya atau tidak, saya tidak tahu caranya berenang! Saya berusaha untuk
belajar, tetapi saya tidak pernah bisa.
BARBRA
: Hei! Saya seorang perenang yang baik, saya akan mengajarimu kalau kita ada
waktu.
CATHY
: Bagus!
Seperti yang Anda lihat, kedua
wanita ini terlibat dalam perbincangan yang agak superfisial dan kadang kala
canggung, dan tidak satu pun dari mereka menilai teman bicaranya. Bahkan,
Barbra sebenarnya mempunyai kesempatan untuk mengatakan kepada Cathy bahwa
sungguh aneh ia tidak mengetahui bagaimana caranya berenang, tetapi ia memilih
tetap bersikap suportif.
Pertukaran
Penjajakan Afektif: Munculnya Diri
Dalam tahap orientasi, para
interaktan berhati-hati untuk tidak membuka diri terlalu banyak terhadap satu
sama lain. Tahap pertukaran penjajakan
afektif (exploratory affective
exchange stage) merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi
ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Apa yang
tadinya privat menjadi publik. Para teoritikus mengamati bahwa tahap ini setara
dengan hubungan yang kita miliki dengan kenalan dan tetangga yang baik. Seperti
tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan perilaku verbal dan nonverbal.
Orang mungkin mulai untuk menggunakan beberapa frase yang hanya dapat
dimengerti oleh mereka yang terlibat didalam hubungan.
Terdapat
sedikit spontanitas dalam komunikasi karena individu-individu merasa lebih
nyaman dengan satu sama lain, dan mereka tidak begitu hati-hatiakan kelepasan
berbicara mengenai sesuatu yang nantinya akan mereka sesalkan. Selain itu,
lebih banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi (seperti ekspresi wajah)
dapat menjadi bagian dari komunikasi dengan orang satunya. Taylor dan Altman
mengatakan kepada kita bahwa banyak hubungan tidak bergerak melebihi tahapan
ini.
Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas mengenai sikap pertukaran penjajakan afektif. Ingat kembali Cathy
dan Barbra, kali ini pertimbangkan bahwa mereka telah menjadi teman sekamar
selama delapan minggu, dan masin-masing mulai memahami kepribadian temannya.
Dan seperti teman sekamar lainnya, mereka memutuskan untuk mengambil kelas yang
sama dan sedang menyiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian sejarah tengah
semester ini.
BARBRA
: Hey, Cath, kamu pernah dengar tidak,
jenis tes apa yang diberikan Kading (seorang dosen) di kelas?
CATHY
: Dipesta klub tadi malam, aku dengar kebanyakan adalah hafalan, dan kita tidak
perlu mengingat tanggal-tanggal. Aaaahhh, bisa-bisa aku teriak karena tidak
bisa mengingat semua materi dari BAB 3!
BARBRA
: Cuek aja..
CATHY
: Cuek aja! Gampang buat mahasiswa yang nilainya A sema sepertimu untuk bilang
begitu.
BARBRA
: Aku baru mau bilang-sebelum dipotong-kalau rasanya ujian psikologiku kacau,
dan aku hanya dapat B+. Yah, mungkin saja dia akan mengatrol nilai.
CATHY
: Aku tidak bisa mengandalkan katrol nilai. Aku benar-benar tidak nyambung
dengan semua yang harus kupelajari. Orang tuaku akan membunuhku kalau aku tidak
lulus dalam matakuliah ini.
BARBRA
: Makanya, berhenti ngobrol dan mulai belajar.
Jelas sekali, Barbra dan Cathy
mulai merasa lebih nyaman berada didekat
satu sama lain. Bahkan, kata-kata “Cuek aja” yang digunakan Barbra menunjukkan
penggunaan frase istilah yang disebutkan oleh Altman dan Taylor. Selanjutnya,
Cathy secara perlahan-lahan membuka lebih banyak informasi pribadi mengenai
harapan orang tuanya dan kemampuannya untuk memahami materi yang diberikan.
Tahapan pertukaran penjajakan afektif mereka cenderung suportif, meskipun
tingkat kecemasan mereka terkadang memengaruhi mereka.
Pertukaran
Afektif: Komitmen dan Kenyamanan
Tahap ini ditandai oleh
persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Tahap pertukaran afektif (affective
exchange stage) termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai”
dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan
yang tepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan
secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih
lanjut kepada individu lainnya; para interaktan merasa nyaman satu dengan
lainnya.
Tahap
ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik; senyuman
mungkin menggantikan untuk kata “saya mengerti”, atau pandangan yang menusuk
diartikan sebagai, “kita bicarakan ini nanti”. Kita mungkin juga menemukan
inividu-individu yang menggunakan idiom
pribadi (personal idiom) yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan
sebuah keintiman hubungan melalui kata-kata, frase, atau perilaku. Ekspresi
idiomatik - seperti”sweetie” –
memiliki makna yang unik untuk dua orang dalam sebuah hubungan. Idiom ini
berbeda dari frase istilah pada pertukaran penjajakan afektif karena
idiom-idiom biasanya menggambarkan hubungan yang lebih mapan, sedangkan frase
istilah mungkin dapat muncul pada setiap titik dalam interaksi awal. Tahapan
ini mungkin meliputi beberapa kritik. Seperti yang dikatakan para teoritikus,
kritik, ketidakramahan dan ketidaksetujuan mungkin ada “tanpa dianggap sebagai
ancaman bagi hubungan secara keseluruhan”.
Kembali ke contoh, Cathy dan Barbra
sudah bersama kurang lebih sedikitnya dua belas minggu. Mereka mempunyai banyak
kesempatan untuk memahami sejumlah keunikan masing-masing, hidup dengan
seseorang seperti membuat orang mampu melakukan hal tersebut. Perbincangan
mereka berpusat pada kencan Barbra pada sabtu malam sebelumnya:
BARBRA
: Dia sungguh menyebalkan! Yang bisa aku pikirkan sepanjang malam adalah suatu
saat akan ada perempuan yang bersamanya! Aku kasihan pada perempuan itu!
CATHY
: Tidak mungkin ia seburuk itu.
BARBRA
: Oh ya? Ia bilang padaku kalau yang aku lakukan Cuma ngomong dan aku bukan
pendengar yang baik. Yang benar saja!
CATHY
: Yah, Barb, kalau boleh jujur, kamu memang tidak mendengarkan orang sebanyak
kamu bicara.
BARBRA
: Maksudnya apa?
CATHY
: Aku Cuma mau bilang kalau kadang-kadang aku tidak bisa ngomong sama sekali
dalam persahabatan ini. setiap kali aku mau mengatakan sesuatu, yang kamu
lakukan adalah membuatku diam.
BARBRA
: Menurutku tidak ada orang yang bisa membuatmu diam, Cathy. Dan urusanku
adalah urusanku, bukan urusamu.
CATHY
: Kalau begitu tidak usah cerita lagi cerita tentang kencan-kencanmu yang
mengerikan!
BARBRA
: Ya sudah
CATHY
: Ya sudah.
Sebagaiman dapat Anda rasakan,
tedapat ketegangan-ketegangan dalam hubungan mereka saat ini. Cathy dan Barbra
siap menawarkan kritik terhadap diri temannya, dan perkataan mereka terdengar
tidak bersahabat. Pertukaran afektif dapat meliputi baik pertukaran positif
maupun negatif.
Pertukaran
Stabil: Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap keempat dan terakhir,
pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable
exchange stage) berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan
perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan
hubungan yang tinggi. Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman
tinggi dan sinkron; maksudnya, perilaku-perilaku diantara keduanya kadang kala
terjadi kembali, dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku
pasangannya dengan cukup akurat. Kadang kala, pasangan mungkin menggoda satu
sama lain mengenai suatu topik atau orang lain. Menggoda disini dilakukan
dengan cara yang bersahabat.
Para
teoretikus Penetrasi Sosial percaya bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan
atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komnikasi pada tahap ini. Alasan
untuk hal ini sangat sederhana; kedua pasangan ini telah mempunyai banyak
kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai
untuk membentuk sistem komunikasi pribadinya. Sebagai hasilnya, komunikasi
bersifat efisien.
Tahap
penukaran stabil menyatakan bahwa makna yang jelas dan tidak ambigu. Pendekatan
tahapan menuju keintiman ini dapat diwarnai dengan letupan-letupan periodik dan
perlambatan pada perjalanannya. Selain itu, tahapan-tahapan ini bukan merupakan
gambaran yang penuh mengenai proses keintiman. Terdapat sejumlah pengaruh lain,
termasuk latar belakang dan nilai-nilai pribadi seseorang serta lingkungan
dimana hubungan mereka terjadi. Proses penetrasi sosial adalah sebuah
pengalaman memberi dan menerima diamana kedua pasangan berusaha untuk
menyeimbangkan kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan hubungan.
Kita kembali kepada contoh mengenai
Cathy dan Barbra. Saat ini adalah minggu terakhir ujian semester, dan keduanya jelas-jelas
sedang tegang. Akan tetapi, mereka berdua menyadari bahwa minggu ini tidak
harus dirumitkan dengan konflik yang tidak penting, dan masing-masing menyadari
bahwa setelah minggu ini mereka tidak akan bertemu satu sama lain selama satu
tahun.
CATHY
: Aku mau keluar ke Anuka’s untuk minum kopi. Kamu mau?
BARBRA
: Aku terlalu gelisah sekarang ini. ada teh pengantar tidur aja, tidak?
(keduanya tertawa)
CATHY
: Menurutmu, kamu siap tidak menghadapi semua ujian minggu ini?
BARBRA
: Tidak siap, tapi tidak masalah juga. Orang tuaku tidak terlalu menuntut, dan
mereka tahu kalau aku sudah melakukan yang terbaik, dan kamu juga.
CATHY
:Yah, kurasa juga begiru.
BARBRA
: Kita harus dapat nilai bagus, kalau tidak kita dikeluarkan dari tim
CATHY
: Mungkin kita harus mencoa berfikir positif
BARBRA
: Mungkin kita bisa telepon hotline cenayang
dan menanyakan hasil tes kita (lagi-lagi keduanya tertawa)
CATHY : Terimakasih sudah membuatku tertawa. Aku
memerlukannya
BARBRA : Kita pasti akan baik-baik saja.
Tahap pertukaran stabil menyatakan
bahwa makna yang ada jelas dan tidak ambigu. Dialog antara Cathy dan Barbra
sangat jelas, dan jika kita melihat baik-baik, kita dapat melihat bahwa
keduanya dangat peduli satu sama lain. Komunikasi mereka memeprlihatkan dukungan
dan kedekatan. Wanita-wanita ini tampak bersedia untuk memberikan satu sama
lain ruang bernafas, dan yang satu terdengar siap untuk membantu lainnya.
Meskipun contoh kita sebelumnya menggambarkan sebuah hubungan yang penuh
koflik, sekarang terdapat apa yang dikatakan Altman dan Taylor (1973) sebagai keunikan diadik (dyadic uniqueness) atau kualitas hubungan yang berbeda seperti
humor da sarkasme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar